Perspektif : Korelasi Stoikisme dan Islam
“Stoikisme bagi saya merupakan sebuah cabang ilmu filsafat yang difungsikan untuk mengendalikan diri serta mengendalikan faktor kebahagiaan. Sebuah filsosofi hidup yang diciptakan agar manusia bisa fokus terhadap apa yang dapat ia capai dan apa yang dapat ia kendalikan. “
Stoikisme atau stoicism, adalah sebuah filsafat yang lahir di Yunani kuno, dan memiliki konsep-konsep yang masih relevan dengan kehidupan manusia saat ini. Filsafat ini menekankan pentingnya kontrol diri, penerimaan terhadap apa yang terjadi, serta tindakan yang bertanggung jawab. Konsep-konsep tersebut mempunyai kaitan yang erat dengan nilai-nilai yang diajarkan dalam Islam.
Salah satu konsep utama dalam stoikisme adalah konsep “logos”, yang bisa diartikan sebagai prinsip kosmik yang mengatur alam semesta. Menurut stoikisme, setiap manusia harus merangkul “logos” dan mengikutinya, bukan malah berusaha untuk mengubah kehendak alam semesta tersebut. Hal ini sangat mirip dengan konsep takdir dalam Islam, di mana umat Islam meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi sudah ditetapkan oleh Allah dan manusia hanya bisa berusaha untuk memperbaiki diri dan menerima kejadian tersebut dengan bijaksana.
Dalam Islam, konsep takdir ini dipahami sebagai qada dan qadar, di mana manusia harus bisa menerima segala sesuatu yang terjadi, sebagai bentuk kehendak Allah. Kita juga diwajibkan untuk senantiasa berusaha untuk memperbaiki diri serta berbuat kebajikan. Konsep ini serupa dengan prinsip-prinsip dalam stoikisme yang menekankan pentingnya penerimaan terhadap apa yang terjadi dan kontrol diri.
Selain itu, stoikisme juga menekankan pentingnya bertindak dengan bertanggung jawab. Manusia harus bertindak dengan cara yang benar dan bertanggung jawab atas tindakan mereka. Konsep ini sangat mirip dengan nilai-nilai Islam yang menekankan pentingnya akhlak dan bertanggung jawab atas tindakan mereka. Dalam Islam, konsep bertanggung jawab ini disebut amanah, di mana manusia harus menjalankan tugas dan tanggung jawabnya secara benar dan penuh komitmen.
Dalam stoikisme, manusia diajarkan untuk mengembangkan kebajikan dalam dirinya seperti kebijaksanaan, keberanian, ketegasan, dan ketaqwaan. Hal ini sangat mirip dengan nilai-nilai dalam Islam yang menekankan pentingnya mengembangkan karakter dan moral yang baik seperti taqwa, sabar, ikhlas, dan berbuat baik. Kedua filsafat ini juga menekankan pentingnya untuk mengendalikan emosi dan tidak terjebak dalam emosi negatif seperti kemarahan, kesedihan, atau kecemasan.
Selain itu, stoikisme juga menekankan pentingnya hidup sederhana dan tidak terjebak dalam harta kekayaan dan kemewahan. Konsep ini sangat mirip dengan nilai-nilai dalam Islam yang menekankan pentingnya keikhlasan dan hidup sederhana. Dalam Islam, keikhlasan dan hidup sederhana ini dihubungkan dengan konsep zuhud, di mana manusia harus membatasi keinginan duniawi dan fokus pada kebahagiaan dan keberkahan dalam hidup.
Kesimpulannya, Stoikisme memiliki banyak konsep yang masih relevan dengan kehidupan manusia saat ini, dan dalam nilai-nilai Stoikisme memiliki banyak kesamaan dengan nilai-nilai yang diajarkan dalam Islam. Meskipun ada perbedaan dalam cara pandang dan tradisi antara Stoikisme dan Islam, secara filosofi keduanya memiliki konsep-konsep yang sangat penting dalam membantu manusia mencapai kebahagiaan, ketenangan, dan hidup yang bermakna.